Iklan

Iklan

Kematian Kapten Kapal Asal Manado di Kupang Menyisakan Misteri

Redaksi
27 Mar 2021, 06:51 WIB Last Updated 2022-09-04T09:48:34Z

ilustrasi garis polisi. ©2021 infosatu.co.id 


NTT, Infosatu.co.id - Kematian Kisman Kasehung, kapten kapal Pandu asal Manado yang ditemukan tewas di lahan kosong milik PT Pelindo III, Kelurahan Alak, Kecamatan Alak, Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur, menyisakan misteri.


Pengakuan Meike Taghulihi yang merupakan istri kedua korban, Kisman bersama istri pertamanya di Manado, Stefi Baliude sering bertengkar melalui handphone. Pertengkaran mereka terakhir terjadi pada Sabtu (20/03/2021).


Dalam perbincangan itu, Kisman sempat mengatakan jika istrinya di Manado akan datang ke Kota Kupang, maka pasti akan terjadi sesuatu pada dirinya.


"Saya dengar sedikit perbincangan mereka, Kisman mengatakan kalau ngana (kamu) mau datang ke Kupang, nanti ngana lihat. Ada sesuatu yang mau terjadi pa kita. Itu saja yang saya dengar," kata Meike, Jumat (26/03/2021).


Setelah mendengarkan perbincangan mereka, Meike menenangkan Kisman sambil mengatakan, kalau istrinya hendak ke Kota Kupang, silakan jemput dan bawa saja ke hotel. Sehingga mereka bertiga duduk bersama dan menyelesaikan persoalan tersebut.


"Lebih baik bapa saja yang jemput dia, biar aman dan dia tidak ngamok-ngamok, sehingga bapak juga tidak merasa malu di lingkungan sini," katanya.


Namun permintaan Meike tidak di indahkan oleh korban. Korban malah mengingatkannya untuk tidak boleh keluar dari kos, jika istri pertamanya tiba di Kota Kupang.


"Dia ingatkan saya untuk tidak boleh keluar kos ini. Nanti kalau isteri pertamanya datang baru dia yang hadapi di depan," ungkap Meike.


Hingga pada hari Minggu (21/03/2021) sebelum ditemukan meninggal, Kisman sempat mengajak Meike untuk olahraga pagi dengan berjalan keliling lokasi. Permintaan tersebut sempat ditolak Mieke, karena korban memang memiliki riwayat penyakit gula.


"Dia bilang lebih semangat kalau jalan-jalan keliling dan kami pun berjalan keliling di sekitar kompleks," katanya sambil menangis.


Usai berolahraga, kedua pasangan ini kemudian pulang ke kos dengan melewati jalan setapak yang merupakan Tempat Kejadian Perkara (TKP), tempat dimana Kisman ditemukan tewas mengenaskan.


Setelah tiba di kos, Meike memperhatikan tingkah Kisman aneh dan tidak seperti biasanya. Karena setelah mandi, Meike diminta korban untuk memakaikan pakian mulai dari celana dalam, celana, baju, hingga menyisir rambutnya.


"Setelah saya turuti kemauannya, dia langsung memeluk dan menyapu-nyapu kepala saya dengan tangannya," katanya.


Usai mengenakan pakian, Kisman meminta Meike untuk membelikan ikan bakar. Karena menurut pengakuan Meike, Kisman sudah bosan mengonsumsi daging setiap hari.


Meike pun langsung bergegas mencari ojek untuk ke pasar membeli ikan. Sepulang dari pasar, Meike kaget melihat pintu kamar dalam keadaan terbuka dan Kisman pergi tinggalkan kos tanpa pesan apapun.


Meike pun panik dan langsung mencarinya, dengan menyusuri jalan setapak yang baru saja dilalaui kedua pasangan sepulang olahraga pagi.


"Saya mencari dia lewat jalan kami lewat tadi. Cuma mau masuk kedalam hutan itu, saya takut karena sendiri. Jadi saya panggil tiga anak kecil untuk bantu saya cari dia," katanya lagi.


Namun usaha Meike dan ketiga anak tadi tidak membuahkan hasil. Hingga malam tiba, Kisman tak kunjung ditemui, handphone milik korban pun tidak dapat dihubungi.


"Handphonenya juga tidak aktif. Saya sempat kontak beberapa kawannya dan Jip kapal, namun mereka bilang tidak mengetahuinya," katanya.


Hingga korban ditemukan, terdapat dua buah pisau yang diduga digunakan untuk menghabisi nyawa korban. Namun Meike mengaku tidak tahu menahu kedua pisau tersebut berasal dari mana.


"Saya tidak tahu. Karena pisau itu saya tidak pernah lihat sebelumnya dan bukan pisau di kos saya. Kita tidak ada pisau begitu. Kalau pisau saya di kos polisi sudah bawa," tutup Meike.


Istri Sah Korban Tiba di Kupang


Sementara istri sah korban, Stefi Baliude tiba di Kota Kupang pada hari Minggu sekira pukul 4 sore, bertepatan dengan kepanikan Meike yang sedang pusing mencari tahu keberadaan Kisman.


Menurut pengakuan Meike, sekitar pukul 7 malam istri korban bersama Ibu RT 14, Selvina Latumeten mendatangi kos dan mengamuk serta menuduh Meike telah menyembunyikan suaminya.


"Karena merasa bersalah, apapun yang dia katakan, saya selalu diam. Namun saya bersumpah tidak sembunyikan dia. Saya juga tidak tahu dia dimana. saya pusing cari dari pagi sampai sekarang," ungkapnya.


Meike mengatakan tidak suka dengan Stefi Baliude karena telah berbohong. Awalnya, Stefi dikabarkan setelah tiba di Kupang akan tinggal bersama Om-nya.


Setelah tiba di Kupang, dia beralasan sudah membayar hotel selama satu minggu, sehingga harus menginap di hotel.


"Tetapi keluarga korban dari Manado telepon kesini, isteri pertama korban tidak tinggal di hotel. Dia nginap di rumah ibu RT 14 bukan di hotel. Ibu RT juga tidak mengatakan bahwa isteri korban tinggal di rumahnya. Dia bilang isteri korban tinggal di hotel," tutupnya.


Pengakuan Ketua RT


Sementara Ketua RT 14, Selviana Latumeten mengatakan, korban bersama istri keduanya telah melaporkan diri ke ketua RT, semenjak berdomisili di wilayah RT 14.


"Korban sudah lapor diri bersama istri keduanya. waktu itu mereka lapor, mereka suami isteri. Mereka juga sangat jarang di kos-kosan. Karena mereka tinggal di kapal," kata ketua RT.


Ia menjelaskan, awalnya istri sah korban datang untuk mencari suaminya. Namun pertengkaran terjadi bukan adu fisik, tetapi sekadar adu mulut di kos milik istri kedua korban.


"Waktu itu saya bawah dia untuk pertemuan dan mencari suaminya. Karena waktu pertengkaran, korban sudah tidak ada lagi ditempat. Menurutnya, istri sah korban sempat menanyakan keberadaan suamnya kepada isteri kedua korban. Namun istri kedua mengatakan, orangnya tidak ada di tempat. dia pulang juga tidak tahu suaminya dimana," katanya.


Sementara itu ketua RT 16, Julince Anin mengatakan, waktu penemuan mayat dirinya langsung bergegas menuju TKP, karena korban meninggal di wilayah RT 16.


"Dia bukan warga saya tetapi kebetulan ditemukan meninggal di wilayah RT saya. Dia warga RT 14," katanya.


Dia menerangkan, waktu kejadian polisi sempat meminta untuk menghantar mereka ke rumah Ketua RT 14, karena menurut informasi warga bahwa istri sah korban berada di rumah Ketua RT 14.


"Kami ke sana, tetapi tidak dapat mereka karena katanya sedang keluar untuk sembayang ke tim doa. Waktu meninggal juga tidak ada isteri sahnya. karena isteri sahnya ada keluar untuk pergi berdoa bersama ibu RT 14 untuk mencari tahu keberadaan suaminya," tutupnya.


Sebelumnya, Anggota Pospol Alak, Polsek Alak, Polsubsektor KP3 Laut Tenau dipimpin Kapolsek Alak, Kompol Tatang P Panjaitan serta piket identifikasi Satuan Reskrim Polres Kupang Kota, langsung ke lokasi kejadian melakukan olah tempat kejadian perkara.


Tim gugus tugas covid - 19 Puskesmas Alak dipimpin Kepala Puskesmas Alak, dr Panondang M Panjaitan juga ke lokasi kejadian, untuk melakukan pemeriksaan terhadap jenazah korban.


Petugas medis tidak dapat melakukan tes swab antigen karena kondisi jenazah korban telah membusuk, sehingga langsung dievakuasi ke RSB Titus Uly Kupang.


"Berdasarkan hasil visum dari tubuh korban, terdapat 17 bekas tusukan pada bagian perut dan dada korban, luka sayatan pada tangan kanan dan luka robek pada bagian leher serta pendarahan pada bagian kepala," Jelas Kompol Tatang P Panjaitan, Rabu (24/03/2021).


Jenazah korban masih berada di ruang jenasah RSB Titus Uly Kupang dan direncanakan, akan dilakukan outopsi hari ini. Polisi juga sudah mengamankan barang bukti pisau dan pakaian korban serta memeriksa sejumlah saksi.


Komentar
Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE. #JernihBerkomentar
  • Kematian Kapten Kapal Asal Manado di Kupang Menyisakan Misteri

Terkini Lainnya

Iklan